11 Maret 2025
Sir Alex Ferguson dikabarkan merasa kecewa setelah posisinya sebagai penasihat Manchester United tampaknya tidak lagi diakui dalam struktur baru klub. Legenda yang membawa United ke era kejayaan itu disebut-sebut kehilangan pengaruhnya setelah kepemilikan sebagian saham klub berpindah ke tangan Sir Jim Ratcliffe. Perubahan ini membuat Ferguson merasa seperti ‘didepak’ dari lingkungan yang sudah ia bangun selama puluhan tahun.
Dampak Perubahan Kepemilikan
Kedatangan Jim Ratcliffe sebagai pemegang saham minoritas di Manchester United membawa banyak perubahan, termasuk restrukturisasi manajemen klub. Dalam proses ini, beberapa tokoh berpengaruh di era sebelumnya, termasuk Ferguson, disebut tidak lagi memiliki peran yang signifikan. Hal ini menjadi salah satu penyebab utama kekecewaan sang mantan manajer.
Meskipun Ferguson tidak memiliki posisi resmi dalam manajemen klub, ia selama ini masih sering diminta pendapatnya dalam pengambilan keputusan penting. Namun, dengan adanya kepemimpinan baru, pengaruhnya dikabarkan semakin berkurang. Beberapa laporan menyebutkan bahwa ia kini jarang dilibatkan dalam diskusi strategis tim, sesuatu yang sebelumnya menjadi bagian dari rutinitasnya setelah pensiun.
Perasaan Kecewa Ferguson
Sir Alex Ferguson diyakini merasa kurang dihargai atas kontribusinya bagi klub. Sebagai sosok yang membawa United meraih 13 gelar Liga Inggris dan dua trofi Liga Champions, Ferguson telah meninggalkan warisan besar bagi Setan Merah. Namun, dengan perubahan kebijakan di era Ratcliffe, ia tampaknya mulai tersingkir dari lingkaran utama keputusan klub.
Meski demikian, Ferguson masih tetap setia terhadap Manchester United. Ia dikabarkan tetap hadir di beberapa pertandingan tim dan mendukung perjalanan klub ke depan, meskipun perannya kini lebih terbatas.
Kesimpulan
Kekecewaan Sir Alex Ferguson menunjukkan adanya pergeseran besar dalam dinamika Manchester United setelah perubahan kepemilikan. Meskipun sudah lama pensiun, Ferguson masih dianggap sebagai figur penting bagi klub dan para penggemarnya. Jika benar pengaruhnya semakin berkurang, ini bisa menjadi momen transisi yang signifikan bagi Manchester United dalam menentukan arah masa depannya.